[REVIEW BUKU] For One More Day

 



Judul Buku : For One More Day (Satu Hari Bersamamu)

Penulis : Mitch Albom

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 245 halaman

Aku Baca di : Ipusnas

  

SINOPSIS :

 

“Apa yang akan kaulakukan seandainya kau diberi satu hari lagi bersama orang yang kausayangi, yang telah tiada?”

 

Ketika masih kecil, Charley Benetto diminta untuk memilih oleh ayahnya, hendak menjadi “anak mama atau anak papa, tapi tidak bisa dua-duanya.” Maka dia memilih ayahnya, memujanya––namun sang ayah pergi begitu saja ketika Charley menjelang remaja. Dan Charley dibesarkan oleh ibunya, seorang diri, meski sering kali dia merasa malu akan keadaan ibunya serta merindukan keluarga yang utuh.

 

Bertahun-tahun kemudian, ketika hidupnya hancur oleh minuman keras dan penyesalan, Charley berniat bunuh diri. Tapi gagal. Dia justru dibawa kembali ke rumahnya yang lama dan menemukan hal yang mengejutkan. Ibunya––yang meninggal delapan tahun silam––masih tinggal di sana, dan menyambut kepulangannya seolah tak pernah terjadi apa-apa.

 

======

 

Akhirnya, aku kesampean juga baca novel ini. Setelah melewati sekian 

purnama untuk menguatkan diri. Tapi tetep aja, ada kalimat-kalimat 

tertentu mengandung bawang yang bikin mata basah dikit-dikit.


Ciri khas Mitch Albom kalo nulis itu alurnya maju-mundur, maju-mundur … caantiik sekali. 

Jadi para pembaca wajib konsentrasi penuh, biar gak salah tanggap. 

Soalnya kamu meleng dikit, tau-tau udah balik ke masa sepuluh tahun lalu. 

Yah, pokoknya gitu lah.


 

“Pernahkah kau kehilangan seseorang yang kau sayangi dan kau ingin bisa bercakap-cakap dengannya sekali lagi, mendapatkan satu kesempatan untuk menggantikan waktu-waktu ketika kau menganggap mereka akan ada selamanya? Jika pernah, maka kau pasti tahu bahwa seberapa banyak pun kau mengumpulkan hari-hari sepanjang hidupmu, semuanya takkan cukup untuk menggantikan satu hari itu, satu hari yang ingin sekali bisa kau miliki.”


See? Ini kutipan pertama di novelnya. Langsung ngena gak sih? 

Pas di kalimat ini, aku stuck gak lanjut baca. 

Karena aku pikir ini bakalan sad story more than novelnya yang Five People You Meet in Heaven.


Di dalam novel terbagi-bagi bab yang ditulis gini, "Saat-saat ketika ibu membelaku." dan

"Saat-saat aku tidak membela ibu." dari nama babnya aja udah nampak tanda-tanda 

kayanya bakal nangis ngejer nih aku. Tapi ternyata, oh, tidak semudah itu Ferguso! 

Bagi aku, novel ini gak terlalu bikin sedih gak kaya yang kemarin novelnya yang 

“Five People You Meet in Heaven” kalo ini aku lebih butuh waktu banyak buat namatinnya, 

karena garing, lebih banyak bahas tentang bisbol yang disukai si ayahnya dan 

terpaksa juga si Charley “Chick” Benetto menyukainya. Di sini aku kaya reading slump gitu, 

males lanjutin, tapi karena udah terlanjur lagi-lagi bilang ya sudahlah kita lanjutkan.


Nah, di novel ini ceritanya si Chick berniat bunuh diri, karena dia kecewa banget sama 

kehidupannya. Tapi percobaan bunuh dirinya gagal terus. Hingga akhirnya dia terlibat 

kecelakaan besar sewaktu perjalanan mau ke rumahnya dia di masa lalu. 

Nah, di situ dia ketemu lagi sama ibunya yang sudah meninggal delapan tahun. 

Kebayang dong? Satu hari lagi kamu hidup bersama dengan orang yang kamu rindukan. 

Wah rasanya itu, beneran sedih, pengen, dan lain-lainnya.



Sebenarnya Chick ini lebih kepada seorang anak yang amat butuh pengakuan ayahnya. 

Anak mana yang rela begitu aja perhatian orang tuanya hilang? 

Makin ke sini, harusnya setiap orang tua makin mengetahui ya pentingnya 

sebuah perhatian ke anak, karena mereka pernah menjadi seorang anak juga, 

maka perbaikilah kelak caramu mendidik.

 

"Orang tua menyusup dalam jiwa anaknya dan membentuk gambar tertentu."

 

Oya, ini ceritanya lebih ke anak broken home. Karena bapak dan ibunya Chick pisah. 

Chick dan adiknya ikut sama ibunya, tapi karena dia anak lelaki dan dia butuh panutan 

ayah jadi dia rela mati-matian buat merebut perhatian ayahnya. Termasuk, 

kadang-kadang dia mengecewakan sang ibu. 

Itulah yang membuat dirinya tidak mampu memaafkan diri sendiri. 

Rata-rata emang sih begitu, namanya seorang anak itu baru sadar perlakuan 

dia ke orang tuanya kaya gimana, ya ketika mereka sudah kehilangan. *Monangis 😢

 

 

 "Ketika kematian mengambil ibumu, dia juga mengambil kata itu selamanya."


Sebenarnya buku ini bisa dibilang "biasa aja" bagi mereka yang masih punya ibu. 

Tolong garis bawahi, bagi mereka yang masih punya ibu. Ibunya masih ada di dunia ini. 

Tapi, ketika yang membaca adalah mereka yang sudah pisah dunia dengan ibunya, 

tolong garis bawahi lagi, pisah dunia dengan ibunya. 

Maka buku ini semacam, seseorang yang datang dan mengetuk pintu rumahmu, 

berusaha mengingatkanmu dengan seseorang. 

Dan seseorang itu adalah ibumu yang telah meninggal dunia. 

(That's happen to me) Monangis lagi 😭


Kadang aku suka membaca buku-buku seperti ini, agar aku punya alasan yang 

jelas ketika menangis dan ada orang yang melihatnya. 

"Oh, ini cerita dalam bukunya memang sedih." Kemudian mereka 

akan mengangkat bahu, atau mengerutkan kening, kemudian menghilang di balik pintu. 

Aku tidak harus menjelaskan alasan yang lebih spesifik kenapa aku bersedih. 

Kadang itu lebih baik.


Di ending, aku agak merinding baca kata-kata penutup novel. 

Jadi ceritanya ini kisah ditulis oleh Maria Leng alias Maria Benneto. 

Anaknya si Chick Benneto. Maria lagi mengandung dan rencana dia 

bakalan namain anaknya sebagai Charley. Karena dia bangga sama bapaknya. 

Mungkin sepintas kelihatannya kaya novel ini based 

on true story tapi nyatanya bukan. Pada akhirnya aku tersadar. 

Well, meski aku tau yang menulis cerita ini adalah Om Mitch Albom. Hahaha!

 

========

 

Makna dalam kata


Anak-anak kadang melupakan itu. Mereka melihat diri mereka sendiri sebagai beban. 

Bukan sebagai jawaban doa.

Seorang anak tidak seharusnya memilih.


Kalau seseorang ada dalam hatimu, mereka tidak pernah benar-benar pergi. 

Mereka bisa datang kembali padamu, bahkan pada saat-saat yang tak terduga.


Hitunglah jam-jam yg kau habiskan dengan ibumu. 

Rentangannya sepanjang masa hidup itu sendiri.


Menyia-nyiakan waktu itu sungguh memalukan. 

Kita selalu berpikir jika kita mempunyai banyak waktu.


Setiap kali kau memandang ibumu. 

Kau sedang menatap kasih sayang paling murni yang pernah kau kenal.


Kau punya satu keluarga. Baik ataupun buruk keadaannya. 

Kau punya satu keluarga. Kau tidak boleh menukarnya. 

Kau tidak boleh mendustainya. 

Kau tidak bisa menjalani dua pada saat bersamaan, 

berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. 

Tetap tinggal bersama keluargamu adalah apa yang menjadikannya keluarga. 


Aku ingin memperbaiki banyak hal dengan orang-orang yang kucintai.


Berbagi kisah tentang mereka yang telah pergi adalah 

cara agar kita menjaga supaya tidak benar-benar kehilangan mereka.


-------------------          


See ya! 😍





 

Komentar

VISITORS

POSTINGAN LAINNYA