[REVIEW BOOK] Kun bin Qur'ani Najman - by Saihul Basyir
Penulis: Saihul Basyir
Tahun Terbit: 2021
Penerbit: Elex Media
Tebal Buku: 324 halaman
Aku Baca di: Gramedia digital
Deskripsi
Dewasa ini, umat muslim semakin maju. Orang-orang berlomba dalam beramal dan berbuat baik. Namun, di saat yang bersamaan, keburukan dan kebatilan juga ikut bersaing. Orang-orang terdidik tak mampu lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kelemahan itu pun menyusup ke dalam dunia menghafal Al-Qur’an. Kita memang makin giat menghafal Al-Qur’an, tetapi juga makin jauh dari inti pesan Tuhan. Kita memang makin semangat menghargai para penghafal Al-Qur’an, tetapi juga makin tak mengerti apa arti Al-Qur’an yang sesungguhnya.
Goresan tulisan dalam buku Kun Bil Qurani Najman mengumpulkan hal-hal fundamental dalam dunia menghafal Al-Qur’an yang sering kali kita khilafi. Dilanjutkan dengan menghamparkan penyebab gagalnya sebagian besar kita dalam menghafal Al-Qur’an atau yang melancarkannya. Juga materi-materi yang semoga bisa jadi opsi jalan keluar, beserta solusi-solusinya. Ditutup dengan kisah-kisah nyata para bintang Al-Qur’an yang sesungguhnya. Selamat membaca. Mari sehidup dan semati bersama Al-Qur’an.
💗💗💗
Belajar dari orang yang sudah berpengalaman dalam bidangnya termasuk bisa menghemat waktu dan biaya. Apalagi untuk menghafalkan Al-Qur’an, siapa yang tidak tergiur dengan janji manis yang Allah berikan? Namun menghafal juga bukan perkara mudah karena hafalan harus dijaga sampai kelak membacakannya di hadapan Allah.
Penulis di sini menerangkan pengalaman pribadinya dalam menghafal Al Qur'an. Berikut poin yang bisa kupetik:
- Membahas apa yang salah dari hafalan kita
Karena sejak sekolah dasar (SD) penulis menghafal Al-Qur'an dan tamat 30 juz. Setelah masuk (SMP) penulis mengulang kembali hafalannya serta memperbaiki tahsin. Di sini penulis menemukan metode 1+2 dalam menghafal jadi begini maksudnya yaitu setor hafalan hari ini bersamaan dengan dua surah sebelumnya.
Contoh, hari ini menghafal An-Nas maka setorkan surah An-Nas beserta Al-Falaq dan Al-Ikhlas. Rumusnya 1+2 = 3 Surah
"Siapa yang membaca Al-Qur'an sampai selesai lalu berdoa, niscaya doanya akan diaminkan oleh empat ribu malaikat." (Imam Ad-Darimi dari riwayat Humaid Al-A'raj)
- Agar hafalan selancar air mengalir
Dalam bab ini penulis berbagi kiat untuk terus mengulang setiap hafalan yang dimiliki dengan mudah. Karena sejatinya hafalan Al-Qur'an bukan selesai hanya dengan menghafal 30 juz saja. Namun wajib juga menjaganya hingga akhir hayat dan kelak membaca hafalan kita di hadapan Allah Yang Maha Esa. Tentu saja ada tips-tips tertentu dari para penghafal Al-Qur'an yang berusaha menjaga hafalan mereka setiap saat.
Ada metode MEMBELAI (Membaca Dengan Benar, Lancar dan Indah) Al-Qur'an yang sering menjadi tolak ukur di dalam perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an Tingkat Nasional (MTQN). Jadi sesuai dengan nilai MEMBELAI tadi maka harus sesuai tajwid, makhraj dan sifat hurufnya. Lancar dan tidak terjadi kekeliruan atau tersendat. Indah sempurnanya harakat, ketajaman huruf dan pandai mengambil lokasi kalimat untuk berhenti dan memulai.
Jadi metode ini digunakan dalam pengulangan hafalan dalam tiga juz sehari. Intinya sehari harus meluangkan waktu tiga jam.
- Al-Qur'an itu mudah selama kita bisa menganggap semua hal selain Al-Qur'an lebih mudah
Maksudnya bagaimana? Jadi selama kita masih menganggap ada sesuatu
di dunia ini yang lebih penting, lebih berarti, lebih prioritas daripada
Al-Qur'an, maka Al-Qur'an tidak akan memberikan kepentingannya untuk kita.
TANGGAL |
JUZ YANG DIULANG |
1 |
1,11,12 |
2 |
2,12,22 |
3 |
3,13,23 |
4 |
4,14,24 |
5 |
5,15,25 |
6 |
6,16,26 |
7 |
7,17,27 |
8 |
8,18,28 |
9 |
9,19,29 |
10 |
10,20,30 |
Nah, begitu seterusnya hanya tinggal bolak-balik sesuai tanggal. Jadi khatam mengulang hafalan sebulan 3 kali. Contoh, tanggal 15 berarti yang dibaca juz 15,5,25 pokoknya 3 juz dalam sehari untuk pengulangan hafalan.
Coba bayangin, deh. Setiap hari terus berinteraksi sama Al-Qur'an. Kalau sudah dekat dan cinta dengan Al-Qur'an rasanya memang seperti nafas dan detakkan jantung sendiri. Tidak pernah terlupa dan akan selalu menyempatkan. Subhanallah. 💗
Baca Juga: Bagaimana jika aku tidak baik-baik saja?
- Bintang-bintang penjaga
Bab ini khusus membahas para sahabat pendahulu yang sabar dalam menyebarkan Al-Qur'an dan menjaganya dalam hati dan pikiran mereka. Dalam bab ini terisi singkat beberapa biografi sahabat Rasulullah yang juga sekaligus menjaga sanad Al-Qur'an.
"Al Hasan pernah berpesan, 'Temukan lezatnya dunia ini pada tiga hal: pada shalat, pada Al-Qur'an dan pada dzikrullah. Kalau kamu menemukannya pada ketiganya, maka tetaplah seperti itu dan berbahagialah. Tapi jika kamu tidak temukan pada ketiganya, ketahuilah bahwa pintumu telah tertutup.'"
- Terdapat kisah pribadi penulis yang berguru langsung di kota Rasulullah yaitu Madinah, sekaligus mengambil sanad di sana
Penulis menyetorkan langsung hafalan Al-Qur'annya untuk mengambil sanad hafalan langsung dengan Fadhilatus Syekh Muhammad Tamim Az-Zu'bi–Hafidzahullah. Di mana beliau ini sanad Al-Qur'annya sambung-menyambung sampai ke baginda besar Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.
Ada sebuah pengalaman penulis yang tiba-tiba kepeleset lidahnya saat menyetorkan ayat 41 surah Al-Baqarah yang seharusnya dibaca, "Walaa tasytaruu bi ayaatii." Malah dibaca, "Wa laa tasytaruu bi ayaatillahi." Menurut kita yang sekilas mendengarnya kelihatan sama. Namun tidak bisa lolos, salah begitu langsung dinyinyir sama Syekhnya, "Kamu mau buat Al-Qur'an baru?" Duh, lah, apa gak nyess hati digituin?
Nah, bisa dibayangkan saking terjaganya hafalan beliau karena amanah sanad yang dipegang ini amat berat. Amanah yang tidak boleh berkurang atau lebih sanadnya walaupun hanya satu huruf. Jadi penulis dianjurkan kalau mau menyetor hafalan ke beliau wajib sudah diulang 10x dulu baru disetor.
Nasihat dari Syekh Ibrahim Al-Akhdhar yaitu gurunya para Qar'i di Madinah Munawwarah.
"Menghafal Al-Qur'an tidak ada kaitannya dengan tua atau muda, bukankah saat pertama kali Al-Qur'an diturunkan mayoritas sahabat Rasulullah sudah berumur 30-40 tahun? Kuncinya ada pada kontinuitas, baik sedikit atau banyak yang bisa kamu hafal."
Nasihat dari Syeikh Ibrahim Al-Akhdhar, "Maka berhati-hatilah dengan niat dalam belajar. Berilmulah karena ilmu itu sendiri, bukan karena ijazah. Kejarlah apa yang membuatmu bermanfaat di sisi Allah. Bukan apa yang membuatmu bermanfaat di sisi manusia. Sebab mereka tidak dapat membuatmu merasa cukup di sisi Allah. Hanya Allah yang dapat menolong kamu. Kunci benarnya amal ada pada niat. Saat niat terpecah lebih dari satu, maka tidak ada yang didapatkan."
Jadi gimana, kamu sudah baca buku ini belum, Gez?
Komentar
Posting Komentar