[REVIEW BOOK] Everything I Never Told You - By Celeste Ng
Judul Buku: Everything I Never Told You
Penulis: Celeste Ng
Penerbit: Penguin Press
Tahun terbit: 2014
Jumlah halaman: 297
Genre: Misteri, Family.
REVIEW BUKU:
Kalimat pertama novel inil dibuka dengan meninggalnya Lydia di
sebuah danau, tapi semua keluarganya belum mengetahui. Hingga mereka menyatakan
Lydia hilang barulah pihak kepolisian dilibatkan.
Di bab ketiga membahas kehidupan Marilyn yaitu ibunya Lydia. Tentang masa muda Marilyn dan kehidupan keluarganya. Marilyn seorang scientist dan bertemu dengan Professor James Lee alias suaminya. Juga membahas kehidupan mereka semasa Marilyn menjadi junior dan Professor Lee menjadi seorang dosen muda yang tampan dan begitulah cinta tumbuh di antara mereka.
Akhirnya Marilyn menikah dengan James Lee meskipun ibunya Marilyn tidak merestui. Kata ibunya, "Kamu lebih baik menikah dengan orang yang sepadan." Jadi Doris Walker–ibu dari Marilyn ini membimbing anaknya untuk bisa jadi seorang dokter. Namun, siapa sangka kalau anaknya ternyata jatuh cinta dengan sang dosen yang pendidikannya juga tidak tinggi banget, tapi mampu membuat hati Marilyn kalang-kabut. Akhirnya mereka menikah. Semenjak pernikahan itu, ibunya Marilyn jadi menjauh bahkan renggang.
Ketika mendapat kabar ibunya meninggal karena stroke. Akhirnya Marilyn datang ke rumah ibunya untuk mengemasi barang-barang karena rencananya rumah itu akan dia jual. Ternyata semua barang masih berada di posisinya semula, sama persis seperti Marilyn masih tinggal di sana. Ketika ke dapur dia melihat ada buku merah berisi resep masakan dan ternyata terdiri dari coretan tentang ibu dan anak perempuannya. Seperti begini kutipan di buku masak itu:
What mother doesn’t love to cook with her little girl? Beneath that: And what little girl doesn’t love learning with Mom?
It was no recipe. Always cookies in the cookie jar! Dari sana
luluh kembali hati Marilyn sebagai anak semata wayang dan dia menyesal telah
menyia-nyiakan keinginan sang ibu untuk menjadikan dirinya berguna. Malah si
Marilyn pergi menikah dan mereka bermusuhan. Dari sana timbullah rasa ingin
kembali melanjutkan pendidikan ke S2 kedokteran yang sempat tertunda karena
kesibukannya sebagai ibu dari dua orang anak. Waktu itu Nath dan Lydia masih
kecil. Dia memikirkan matang-matang sendirian, akhirnya Marilyn membuat
keputusan untuk meninggalkan anak dan suaminya untuk pergi mengejar kembali
cita-citanya yang ternyata belum padam.
Setelah dia pergi begitu saja tanpa berpamitan, setiap detik pula Marilyn rindu dengan keluarga kecilnya. Dia menelpon setiap hari hanya untuk mendengar suara di seberang telpon, habis itu sudah dia matikan. Begitu terus sampai ternyata dia mengetahui fakta kalau dirinya tengah mengandung seorang anak dengan James (baru sadar hamil, jadi di sinilah Hannah akhirnya bisa mengembalikan keluarga itu menjadi utuh.)
Namun ketika mereka sudah kembali berkumpul apakah luka sudah sembuh? Ternyata tidak pemirsa semua. Rupanya selama Marilyn pergi, James disambut bahagia oleh Louisa–Asisten pribadinya di Kampus. Jadi setelah 10 tahun Marilyn sudah kembali ke rumah, selama itu pula hubungan mereka terus berjalan tanpa sepengetahuan Marilyn.
Apakah permasalahan keluarga probiotik ini selesai sampai di sana?
Oh, ternyata tidak juga. Marilyn memasukkan impiannya yang tidak kesampaian
menjadi dokter kepada Lydia. Lydia dipaksa untuk menjadi juara satu, belajar
dengan tekun, semua buku-buku kedokteran selalu dijejali oleh ibunya. Sementara
sang ayah James, menginginkan Lydia untuk bisa luas berteman. Menjadi anak
populer, banyak disukai semua pria. Terlalu tinggi harapan orang tua, membuat
Lydia muak.
Kehidupan adik-kakak di rumah juga semakin membosankan. Nath si kakak laki-laki merasa tidak diperhatikan oleh orang tua mereka. Karena perhatian selalu tercurahkan hanya kepada Lydia-Lydia dan Lydia. Bahkan ketika Nath ingin menjadi seorang Astronot, dia berbicara panjang lebar kepada James namun malah mendapatkan tamparan di wajah.
On Sunday evening, Nath said, “Daddy, can you believe people can go practically to the moon and still come back?” and James slapped him, so hard Nath’s teeth rattled. “Shut up about that nonsense,” he said. “How can you think about things like that when—” He had never hit Nath before, and he never would again. But something between them had already broken. Nath, clutching his cheek, darted out of the room, as did Lydia, and James, left alone in the living room with the image of his son’s shocked, reddening eyes, kicked the television to the floor in a burst of glass and sparks. And although he took the children on a special trip to Decker’s Department Store on Monday to buy another, he would never again think of astronauts, of space, without recoiling, as if shielding his eyes from shards of glass.
Sedangkan Hannah masih terlalu kecil untuk mendapatkan perhatian lebih. Lydia yang bosan menjadi anak penurut di keluarga. Mulai punya teman yaitu Jack, si Jack ini model anak badboy gitu, banyak pikiran negatif tentang Jack. Akhirnya Lydia belajar menyetir dan mengeluh kesahkan keluarganya ke Jack, sembari ngerokok juga.
Nath berhasil masuk ke Harvard. Orang tuanya bangga tapi cuma sebentar. Malah yang lebih bahagia adalah Nath sendiri, karena dia bakal pergi jauh karena tinggal asrama di sana. Jauh dari orang tua dan saudara yang tak memberi kenyamanan kepadanya.
Mengetahui Nath akan pergi, Lydia menjadi sedih. Karena itu tandanya orang tuanya bisa semakin mengekang Lydia. Tak ada lagi penolong, biasanya si Nath akan mengalihkan perhatian orang tuanya jika Lydia sudah terlalu tertekan. Malam itu, karena Lydia sudah tau mengenai hubungan ayahnya dan Louisa, dia memberi tahu Nath. Namun sehabis itu Nath berjanji besok akan menelpon Lydia untuk membahas persoalan ini.
Namun Nath tidak menepati janji. Lydia menelpon Nath bahkan dibalas oleh respon yang negatif. Di sinilah Lydia kecewa akan kakaknya. Lydia kecewa dengan semuanya. Pokoknya cerita dalam novel ini complicated banget, deh.
Aku baca novel ini karena kukira Thriller gitu, kan. Pas awal baca
juga dibuka oleh kisah Lydia yang meninggal di danau dekat rumahnya tapi gak
ada yang tahu. Pertanyaannya dan dibawa terus sama penulis, the biggest why?
Sebagai pembaca, benang merah itu yang aku cari. Bayangin ya, dari paragraf
pertama novel udah dikasi tau intinya apa. Lydia sudah mati tapi pihak keluarga
belum tau bahkan sudah tiga hari. Nah, jawabannya ada di halaman 276. Itu sepanjang
begitu ceritanya muter-muter aja gak karuan kaya hubungan kita. hehe.
Jadi, hikmah yang bisa didapatkan dari novel ini adalah apa? Sebenarnya inti dari konflik keluarga ini ujungnya cuma satu, yaitu kelabilan Marilyn. Andai aja Marilyn tidak menikahi James Lee dan mau menjadi dokter untuk mengejar impiannya dan juga impian sang ibu. Andai aja Marilyn meskipun sudah menikah dengan James Lee dan membunuh cita-cita dokternya tidak lagi mendadak terenyuh dengan harapan sang ibu ketika dia mengumpulkan barang-barang ibunya. Kemudian dia lari meninggalkan keluarganya meski hanya beberapa bulan. Andai saja Marilyn sadar bahwa menjejalkan impiannya ke Lydia itu tidak benar, karena Lydia berhak punya cita-cita dan kehidupan impiannya sendiri. Andai saja Marilyn memperhatikan semua anaknya mulai dari Nath, Lydia, Hannah dan bukan hanya kepada Lydia saja.
See? Jadi fokusku berpindah dari kecewa karena alurnya muter-muter–kaya rute busway dari kalideres ke pulogadung–hanya untuk menemukan the biggest reason, why Lydia died in that lake and nobody knows about that? Kenapa harus muter dan flashback menggali lebih dalam ke kehidupan Marilyn muda, ke kehidupan percintaan Marilyn dan James Lee, apalagi ini lama loh, dia muternya bisa makan beberapa halaman. I get bored with that! Bahkan sehabis itu tidak langsung flashback ke kehidupan Lydianya, karena aku ingin lebih tau ini ada masalah kehidupan apa sih si Lydia sampai dibunuh atau bunuh diri? Jadi kutanya ini mana Lydianya, kan yang punya masalah dia.
Ketika sampai ke pembahasan Lydia dan kehidupannya. I thought she is okay and does not have any problems in her life! So, why did she die at 16 years old?
Ini kukutip satu paragraf yang membuatku terenyuh mengenai isi hati Lydia selama ini.
It was not too late. There on the dock, Lydia made a new set of
promises, this time to herself. She will begin again. She will tell her mother:
enough. She will take down the posters and put away the books. If she fails
physics, if she never becomes a doctor, it will be all right. She will tell her
mother that. And she will tell her mother, too: it’s not too late. For
anything. She will give her father back his necklace and his book. She will
stop holding the silent phone to her ear; she will stop pretending to be someone
she is not. From now on, she will do what she wants.
Pas terus baca sampai ending, lah rupanya yang punya masalah is
not she! Bahayanya gini emang, jadi orang tua tapi masalah di masa lalu mereka
belum selesai. Jadi ketika menikah si James dan Marilyn sepakat untuk tidak
saling membicarakan tentang masa lalu mereka. Lah, gimana ya, bukannya masa
depan bisa tercipta dengan indah kalau kita bisa menerima masa lalu kita dengan
baik?
Jadi gimana nih, kamu apakah sudah baca novel ini, Gez? ❤
Komentar
Posting Komentar