[REVIEW BOOK] Funicula Funiculi - Toshikazu Kawaguchi
Penulis: Toshikazu Kawaguchi
Jumlah halaman: 224
Penerbit: Gramedia
Tahun Penerbitan: 2021
Aku baca di: Pinjam buku Perpustakaan
Sinopsis:
Di sebuah gang kecil di Tokyo, ada kafe tua yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu.
Keajaiban kafe itu menarik seorang wanita yang ingin memutar waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya, seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan seorang ibu yang ingin bertemu dengan anak yang mungkin takkan pernah dikenalnya. Namun ada banyak peraturan yang harus diingat.
Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Dua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan di masa kini. Tiga,mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin. Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?
Ini buku Funicula Funiculi buku seri kedua. Buku pertama aku belum baca katanya sih, modelnya sama aja hanya beda di orang-orang yang datang ke cafe yang ingin pergi ke masa lalu. Jadi cerita buku ini ada sebuah kafe kecil di dalam gang, yang konon mampu membawa seseorang ke masa lalu ataupun masa depan. Dengan cara duduk di sebuah bangku dalam kafe tadi, di mana bangku tersebut ditempati oleh seorang hantu wanita yang kegiatan hariannya hanya ngopi sambil baca novel lalu pergi ke toilet selama satu kali dalam sehari *Santuy banget gak tuh?
Jadi kesempatan itu lah yang dimanfaatkan oleh banyak orang jika mau pergi ke masa lalu ataupun masa depan. Hantu wanita tadi namanya Kaname dia pergi ke masa lalu untuk bertemu dengan suaminya kemudian memilih tinggal di masa lalu itu jadi tidak kembali lagi. Maka berubahlah dia di dalam kehidupan kininya menjadi hantu.
Jadi peraturannya begini kalau mau pergi ke masa lalu. Pertama,
duduk di bangku yang ditempati hantu Kaname. Kedua, jika kopinya sudah
dituangkan oleh Kazu–si pramusaji, maka tidak boleh sampai dingin. Kalau
terlanjur dingin maka berubah jadi hantu di masa kini. Ketiga, bisa bertemu
dengan seseorang yang juga pernah ke kafe ini. Jadi waktunya harus tepat kalau
tidak maka tidak bisa bertemu. Keempat, tidak boleh beranjak dari kursi tadi
selama di masa lalu jika beranjak maka bisa ditarik paksa ke masa kini. Kelima,
masa lalu akan tetap terjadi dan tidak bisa diubah meskipun kita telah
mendatanginya.
Naah, begitu modelnya. Agak aneh juga sih menurutku. Kaya ribet gitu, tapi yaudahlah ya namanya juga fiksi. Tapi, kan, yang baca rada gondok juga ya. Apa cuma aku aja? Haha!
Di dalam novel, dibahas mengenai Mizu dan Nagoya si pembuat kopi juga. Sedangkan Mizu adalah anak perempuannya yang berumur tujuh tahun. Beberapa orang tamu yang ingin mencoba kembali ke masa lalu didatangkan dalam beberapa chapter. Ada yang datang ke masa lalu karena ingin mengungkapkan sesuatu hal kepada sang ibu yang sudah meninggal. Ada pula seorang teman yang ingin menemui temannya yang sudah meninggal ketika dia sendiri mengasuh anak dari temannya tadi. Ada pula seorang pria yang menderita penyakit dan tahu kalau umurnya divonis sebentar lagi oleh dokter kemudian dia mendatangi masa depan untuk bertemu dengan pasangan wanitanya apakah dia kelak bisa menikah sepeninggalnya. Ada pula seorang suami yang ingin memberikan kado kepada istrinya yang sudah meninggal.
Banyak kisah-kisah tersebut dalam setiap chapternya. Namun, entah
kenapa tidak terlalu bagai bawang sih isinya. Mungkin karena penggunaan kata
atau translatornya yang kurang luwes. Kalau dibilang tidak luwes sebenarnya gak
juga, lagipula terbitan Gramedia siapa pula yang meragu? Ya, entah kenapa agak
mengganjal saja di hati tentang isi bukunya. Padahal buku Funicula Funiculi ini
cukup booming.
Jadi orang-orang yang datang ke kafe itu semuanya ingin menemui seseorang yang sudah meninggal. Meskipun tetap tidak bisa mengubah masa depan, setidaknya bisa mengobati sedikit penyesalan yang belum sempat mereka sampaikan atau ungkapkan. Aku juga mau sih, kalau ada kafe model begini ada di Jakarta. Biar bisa ketemu sama Mamah meski tidak mengubah masa depan, tapi setidaknya bisa menyampaikan perasaan yang belum terungkapkan. *Duh jadi melow gini.
Naah, novel ini aku pinjem barengan sama Aroma Karsa di
Perpustakaan Jakarta Utara. Sebentar aja baca bukunya karena ringan banget dan
tidak ada plot twist yang berat. Oya, aku penasaran sama edisi ketiga lanjutan
Funicula Funiculi ini. Karena Kaname sudah menghilang akibat misinya dengan Kazu
telah selesai. Wah, kira-kira bagaimana ya kelanjutannya?
Kalau kalian sudah baca buku Funicula Funiculi ini belum, Gaes?
Komentar
Posting Komentar