[REVIEW BOOK] I AM SARAHZA - By Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

    Penulis: Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

Penerbit: Republika

Tahun terbit: 2018

Tebal buku: 363 Halaman

Aku baca di: Buku cetak pinjaman Perpus

 

Deskripsi:

Manusia bilang di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Tapi bagiku, ruh yang telah dinasibkan di Lauhul Mahfudz, selama manusia memelihara harapan, maka aku akan selalu hidup.

Dari Alam Rahim, aku menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku jatuh bangun memerolehku. Melewati puluhan terapi, menghadapi ratusan jarum suntik, sayatan pisau operasi, berkali inseminasi dan gagal bayi tabung, bahkan sampai harus melalui badai depresi.

Meski segala ilmu manusia akhirnya bertekuk lutut pada Pencipta Ilmu Segala Ilmu, kedua orang tuaku tak menyerah. Bahkan setelah ibu menjadi 'tak sempurna' karena upayanya.

Tahukah apa yang membuat Pencipta bisa luluh pada hamba-Nya? Dengan segala usaha dan penyerahan diri sepenuhnya, akhirnya takdirku ke dunia dihantarkan oleh ribuan malaikat yang bersujud pada manusia-manusia yang sabar dan berupaya.

Inilah kisahku. I am Sarahza.

Ini termasuk wishlistku dari lama, tapi modelnya begitu masukin salah satu buku jadi favorite malah akhirnya kelupaan. Akibat semakin banyak pula buku baru yang rilis masih fresh dan menjadi semakin panjanglah daftar wishlist untuk buku yang belum tahu kapan bisa untuk dibaca. *bahasanya njelimet gak sih 😅

Terbantulah aku ketika scrolling website Jaklitera dan menemukan I am Sarahza ini, meski udah lama banget aku kepoin dari website, instagram, punya si penulis. Karena buku ini kisah perjalanannya dia sendiri, asli, meski diselingi fiksi juga. Jadi dalam buku ini memakai POV 1 alias sudut pandang orang pertama. Nah, dibagi menjadi tiga sudut pandang penulis yaitu Hanum, Rangga dan Sarahza si janin yang masih dalam Lauhul Mahfudz, pastinya fiksi dong. 

 

Sebelum bercerita panjang lebar mengenai program kehamilan Hanum dan Rangga. Awal mula buku, dibuka dengan kisah pertemuan Hanum dengan Rangga. Hanum adalah dokter praktek yang ingin segera lulus dari UGM tinggal satu gigi lagi yang harus dikumpulkan, dia banyak di PHPin sama pasien yang katanya mau datang. Nah, si Rangga punya band, pengen naikin nama lewat lagu mars politik untuk Pak Amien Rais, (Hanum kan, anaknya Pak Amien Rais) Jadi si Rangga mengorbankan gigi gerahamnya buat dicabut, sementara CD yang bandnya buat ternyata lolos seleksi dan dijadikan pendukung Pak Amien Rais saat itu. 

Dari sana benang merah mulai terikat tuh, lama-lama ya namanya jodoh akhirnya jadi juga. Ternyata Rangga orang tua dan kakak adiknya sekeluarga dokter semua, dia sendiri beda jurusan masuk ke teknik, pokoknya Rangga dan Hanum ini sekufu. Cocok banget udah kalau jadi keluarga. Akhirnya nikah dan Rangga ikut beasiswa lanjutin sekolah di Eropa, Hanum mengubur cita-cita jadi presenter dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. 

Tahun-tahun pernikahan pun berlalu tanpa terasa. Hanum pengen punya anak nyoba jalur biasa belum kunjung berhasil, hingga akhirnya ikutlah program Inseminasi yaitu proses diantarkannya sperma langsung ke leher rahim atau rahim agar cepat hamil, melalui bantuan selang. Tiga kali inseminasi hasilnya nihil membuat nyali Hanum ciut, tapi yang hebatnya si Rangga orangnya sabar dan mau nyemangatin istrinya terus. 

Udah dari kegagalan tadi, Hanum jadi trauma untuk program kehamilan lagi. Jadi Rangga mutusin supaya istrinya nulis buku, disediain deh tuh laptop, jadi sembari Rangga kuliah sambil ngajar, Hanum nulis buat pengalih pikirannya. Terbitlah buku pertama mereka alias anak pertama mereka yaitu "99 Cahaya di Langit Eropa." Buku ini langsung booming begitu lahir ke dunia, bahkan dibuatkan film layar lebarnya, mengantarkan penulisnya jadi sibuk kesana kemari memenuhi beberapa undangan literasi. 

Hingga tibalah pertanyaan dari seorang pembaca, sebenarnya karena gak sengaja nanya dan menyinggung masalah anak. Jadilah Hanum galau lagi. Kemudian singkat cerita ikutlah mereka program bayi tabung alias IVF (In Vitro Fertilization) di mana sel telur dan sperma disatukan di luar tubuh yaitu laboratorium khusus. Jadi sebelum dilakukan proses bayi tabung, dua minggu sebelumnya wajib Laparoskopi dulu jadi dimasukkan kamera kecil kaya siput yang mencari apakah ada hambatan di dalam jalur menuju rahim, dibersihin dulu bahasanya.

Aku kira namanya bayi tabung itu sekali langsung berhasil, apalagi membutuhkan biaya yang gak sedikit. Tetapi buktinya gak gitu, ada faktor Tuhan di dalamnya. Perkara nyawa manusia apalagi, kalo belum rejekinya diberi keturunan sama Allah ya tetap belum meskipun ke dokter hebat sekalipun. 

 

Baca juga: [REVIEW BOOK] Everything I Never Told You - By Celeste Ng

 

Hanum sekali dapat embrio di dalam rahimnya, yang berhasil menempel, tapi sayangnya gak bernyawa jadilah hanya segumpal darah kemudian dikuret. Terus ikutan lagi bayi tabung berhasil nempel embrionya tapi qodarullah di luar rahim, jadilah harus dikuret juga, ditambah lagi tuba falopi Hanum pecah, jadi harus diangkat, tinggalah Hanum hanya punya satu tuba falopi dan itu semakin mempersempit ruangnya menjadi seorang ibu. 

Setelah itu, Hanum depresi parah. Sebelum depresi ini dia menulis buku kedua yaitu, "Bulan Terbelah di Langit Amerika," yang akhirnya juga booming di dunia literasi. Berakhir 7 kali inseminasi, sama gak terhitung yang tradisional pake jarum-jarum akupuntur segala macem sudah dia coba.  Pokoknya aku baca buku ini, rasanya ngeri-ngeri sedep gitu. Ya, gimana ya, perjuangannya untuk jadi ibu itu ternyata gak gampang. 

Usia pernikahan sudah masuk sebelas tahun, ditambah usia Hanum juga makin bertambah, dan kemudian bayi tabung berikutnya berhasil membuat Hanum hamil. Lahirlah seorang bayi perempuan bernama Sarahza Reashira yang artinya perempuan cantik nan kokoh yang menjadi angin pembawa berita gembira. 

Sebentar sebelum saya tutup ulasan ini, saya mau cerita dulu kenapa buku ini lama saya baca bahkan sampai dua minggu lebih, karena saya mau protes. Asli ini protesnya, saya ngiri banget sama Mba Hanum yang bisa dapetin Rangga. (Tuh, kan, jiwa kejombloanku meronta-ronta) 😞

Padahal aku pinjam buku ini barengan sama Al Masih Putra Sang Perawan, di Jaklitera. Lebih tebal memang buku yang Al Masih Putra Sang Perawan sampai 500-an lebih. Aku sengaja milih buku yang lebih ringan supaya cepet bacanya. Eh, malah totalnya jadi empat minggu—akibat takabur sih, “Ah keciiil baca cuma 300-an halaman doang.” Rupanya aku stug gara-gara ya itu tadi, modelnya misal begini, orang yang belum punya anak, baca buku tentang orang lain yang bahagia karena anaknya. Iri kan? *Gak bisa aku tuh diginiin. Sama aku juga begitu, merasa dipanas-panasin sama sifatnya Rangga yang sangat protektif, perhatian, sabar, setia, pokoknya ibarat beli seblak si Rangga ini udah paket komplit sekalian sama es tehnya. *apadah😄

Apalagi ada di chapter akhir itu, Mba Hanum ditemani oleh Ibunya buat program bayi tabung lagi, nah yang ditemenin sama si Ibu ini yang berhasil. Pokoknya si Ibu udah janji bakalan nemenin Hanum biar bisa punya anak. Aku juga rada baper gimana gitu jadinya. *Ini bukannya ngulas buku malah curhat mulu 😅

Baca juga: [REVIEW BOOK] Lebih Senyap Dari Bisikkan By Andina Dwifatma

 

Pokoknya merinding banget pas akhir, ketika program bayi tabung ini berhasil. Emang bener ya, kalau semisal kita punya kehidupan itu dibikin buku kaya I am Sarahza ini, pasti kita bisa liat lagi keseluruhan cerita lebih luas dan bukan subjektif aja. Namanya kita gak melihat isi detailnya kehidupan, jadinya suka suudzon mulu sama Allah. 

Kaya gini kan, Mba Hanum punya uang banyak hasil nulis dan film yang booming, makannya bisa ikutan bayi tabung bahkan lebih dari sekali. Terus ditambah keluarganya dia Ayah dan Ibu, sangat sayang banget sama dia dan mendukung. Ditambah lagi suaminya Rangga, yang kalau semisal tersedia suami model begini di tukang pegadaian juga bakalan aku tebus, minimal tukar tambah juga berani deh, haha! Pokoknya support system Mba Hanum udah bagus banget deh.

Kehidupan itu gak sempurna, ada satu yang dikurangi, tapi ada banyak hal yang dilebihin sama Allah. Bener deh, kalau semisal perjalanan hidup kita bisa dilihat kembali secara detail keseluruhan kaya buku ini, pasti kita juga sadar diri kok, bisa bersyukur kok, sambil ngebatin "Oh, iya ya, bener juga, aku bersyukur karena masih ada ini dan itu yang belum tentu orang lain punya." 

 

Nah, udah segini aja ulasannya. Pokoknya buku ini bintang 4 dari aku. 

Kalau kalian sudah baca buku I Am Sarahza ini belum, Gez? 😍


 

 

Komentar

VISITORS

POSTINGAN LAINNYA